BANDUNG, aliranberitacom –
Berikut inilah beberapa fakta menarik tentang munggahan, tradisi menyambut bulan puasa Ramadhan.
Munggahan dikenal masyarakat Sunda sebagai tradisi menyambut bulan puasa Ramadhan.
Secara umum, tradisi munggahan ini dilakukan dalam bentuk kegiatan berbeda-beda.
Tradisi munggahan tersebut berbeda-beda tak luput karena keragaman adat istiadat dan budaya.
Tak ayal jika tradisi sebelum puasa Ramadhan tersebut diwariskan secara turun temurun dan masih dilestarikan di masyarakat.
Lalu apa saja fakta menarik tentang munggahan tersebut? Benarkah sejarah munggahan berasal dari ajaran Hindu ?
Berikut aliranberitacom ragkum fakta-fakta tradisi munggahan.
Arti Munggahan
Munggahan adalah tradisi menyambut bulan puasa Ramadhan dikenal masyarakat suku Sunda atau Jawa Barat.
Dilansir dari laman Dinas Kebudayaan dan Pariwisiata Kota Bandung, kata munggahan sendiri berasal dari Bahasa Sunda.
Adapun arti munggahahan berasal dari kata munggah artinya naik.
Demikian makna munggahan artinya naik ke bulan suci yang derajatnya lebih tinggi.
Dikutip dari Kompas.com, sejarah munggahan sedikit banyak berkaitan dengan masuknya Islam ke Indonesia, sekitar abad ke-7.
Tujuan Munggahan
Jika dimaknakan tujuan munggahan bagi masyarakat muslim Sunda tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT.
Selain itu, munggahan dimaknai bertujuan agar terhindar dari perbuatan tidak baik selama menjalani ibadah puasa nantinya.
Tujuan munggahan tersebut juga dimaknai sebagai upaya membersihkan diri dari hal-hal buruk selama setahun ke belakang.
Selain itu, munggahan juga bertujuan menjadi momen silaturahmi baik antar keluarga dan tetangga hingga orang-orang terdekat.
Macam-macam kegiatan munggahan
Hal yang menjadi fakta menarik munggahan, kegiatannya yang bermacam-macam dan berbeda-beda.
Munggahan sebagai tradisi menyambut bulan puasa Ramadhan tersebut ada yang dilakukan sebagai momen rekreasi, ritual membersihkan diri dan lain sebagainya.
Munggahan sebagai momen rekreasi di mana masyarakat menyambut bulan puasa Ramadhan dengan bepergian.
Mereka akan memanfaatkan momen sebelum bulan puasa Ramadhan tiba dengan jalan-jalan ke tempat wisata atau rekreasi.
Selain pergi ke tempat wisata, ada juga yang melakukan kegiatan munggahan dengan berkumpul bersama keluarga hingga berkumpul dengan tetangga-tetangga sekampung.
Adapun munggahan sebagai ritual membersihkan diri di mana masyarakat yang mandi berendam di sungai atau laut.
Hal tersebut dilakukan sebagai simbol mensucikan diri agar melaksanakan ibadah puasa dalam keadaan bersih dan suci.
Hukum Munggahan dalam Islam
Dilansir dari ceramah ulama Buya Yahya di kanal Youtube Al-Bahjah TV, dijelaskan hukum munggahan dalam Islam.
Buya Yahya menejelaskan hukum munggahan dalam Silam diperbolehkan dengan syarat tidak ada unsur keyakinan di dalamnya.
Keyakinan yang dimaksud Buya Yahya seperti melakukan tradisi tersebut dengan meyakini bisa mendatangkan rezeki.
“Misal kita percaya sesuatu tersebut bisa mendatangkan rezeki, itu termasuk musyrik,” ujar Buya Yahya.
Lebih lanjut, Buya Yahya menjelaskan setiap daerah memiliki tradisi menyambut bulan puasa Ramadhan.
Ia menyebut umumnya tradisi tersebut dilakukan adanya keyakinan selain kepada Allah SWT.
Oleh karena itu menurutnya selama tradisi tersebut tidak buruk maka boleh dilakukan.
“Kebiasaan baik jangan dihilangkan, asal tidak ada maksud buruk,” ujarnya.(**)
Editor: kiagusmchoiri
Sumber : dirangkum dari berbagai sumber
Rabu, 6.3.2024. 21:38 wib