BANDUNG, aliranberitacom –
Sebagai manusia tentu kita ingin memperkaya diri.
Namun, bukan kaya akan harta namun kaya akan hati yang selalu mengandalkan Allah SWT dalam kehidupan kita.
Karena, jika mendefinisikan kaya dilihat dari harta akan membuat seseorang tidak bersyukur dengan apa yang diterimanya.
Bisa jadi akan membuat kekayaan tersebut disalahgunakan dengan tidak baik bahkan bisa merendahkan orang lain karena memiliki harta berlimpah.
Lebih baik kaya akan hati lembut, kasih mengasihi terhadap sesama makhluk, yang mana membuat kita jauh lebih bersyukur atas nikmat yang sudah Allah SWT berikan untuk kita.
Hari Jumat yang merupakan Sayyidul Ayyam atau Penghulunya Hari pun diyakini oleh kaum muslimin sebagai hari yang penuh keberkahan.
Khusus untuk khutbah pada Jumat lusa nanti, seperti mengutip dari laman Suara Muhammadiyah, berikut merupakan naskah khutbah Jumat bertemakan “Meraih Kekayaan yang Sejati”.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Jika kita boleh memilih lahir dari keturunan siapa, mungkin kita akan memilih lahir dari keluarga raja, bangsawan atau keluarga presiden. Tanpa usaha keras, terpenuhi sudah apa yang menjadi keinginan. Siapapun mudah mengenal kita, ke manapun dan apapun yang diinginkan pasti terwujud.
Sayangnya kita tidak bisa memilih. Sehingga di antara kita tumbuh dari keluarga petani, pedagang, nelayan, rakyat jelata, atau bahkan tidak tahu keberadaan orangtuanya sekalipun, karena tumbuh besar berada di panti asuhan.
Inilah salah satu sunnatullah hidup di alam dunia yang serba fana. Allah SwT ciptakan ada yang kaya, ada yang kurang, ada yang cukup. Namun yang pasti adalah asal kejadian dan tujuan akhir perjalanan hidup kita adalah sama belaka.
Kita lahir dari campuran air mani laki-laki dengan sel telur perempuan, atas izin Allah SwT hidup di dalam rahim hingga menjadi bayi yang sempurna.
Setelah tumbuh dan menjadi dewasa, diberi kewajiban untuk beribadah. Shalat misalnya, tidak ada perbedaan tata cara shalatnya bos dengan karyawan, tidak ada perbedaan jumlah rakaat antara raja dengan rakyatnya, antara yang kaya dengan yang tidak. Semua sama mengikuti sunnah Rasulullah Muhammad Saw.
Sujud sama sujud, berdiri sama berdiri, dari takbiratul ihram hingga salam, semua satu gerakan mengikuti imam. Bahwa yang membedakan hanyalah kesucian diri, kebersihan jiwa, dan ketundukan hati atau ketakwaannya di sisi Allah SwT.
“Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.” (QS. Al Hujurat: 13)
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Tidak sedikit orang yang ragu bahwa hakikat kekayaan, adalah kekayaan hati. Maka perlu diberi kalimat taukid atau penguat, “inna”, yakni sungguh, tanpa ada keraguan. Bahwa Sungguh Tuhan Allah SwT hanya melihat hati kita, bukan pada tampilan fisik atau topeng kita.
Bukan menjadi aib memiliki gelar yang banyak atau tubuh yang kekar, justru itu adalah prestasi dan keutamaan. Namun, jika hal itu menjadi kebanggaan yang menyebabkan diri merasa lebih baik dari orang lain, lebih mulia dari yang lain, atau bahkan menyebabkan perbuatan merendahkan sesama. Maka inilah yang harus diperbaiki oleh diri kita.
Bahwa hakikat kekayaan ialah kekayaan hati.
وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ…
Artinya: … akan tetapi kaya itu adalah kaya hati (merasa cukup dan puas)
Begitupun, akhir kesudahan kita juga sama, yakni liang lahad sebelum kemudian dihadapkan pada hari pembalasan, lalu diberi keputusan apakah menjadi ahli syurga atau bukan.
Jamaah Jumat Rahimakumullah,
Ketika kita sudah tahu asal usul dan tujuan akhir dari perjalanan hidup ini, maka tidak perlu kemudian menyalahkan keadaan. Jangan sampai kita membenci keluarga, saudara apalagi orang tua.
Justru rasa syukur setelah bersyukur kepada Allah SwT ialah syukur kepada orangtua,
وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَ إِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ
Artinya: “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (QS. Luqman: 14)
Di antara bentuk syukur itu, antara lain ialah dengan tidak menyekutukan Allah, lalu berbakti pada orang tua dengan sebaik-baiknya.
Manakala mereka dalam usia lanjut, dan mulai timbul karakter yang kurang menyenangkan, sekalipun jangan sampai berkata uff atau “ah” dalam bahasa kita. Kalimat tersebut merupakan salah satu pilihan kata buruk yang paling rendah tingkatannya, atau suara yang menunjukkan rasa kesal, kemalasan dan berat.
Maknanya ialah, mengeluarkan kata buruk yang paling rendah saja kita dilarang, terlebih lagi membentak, mencaci, menyakiti, dan berkata kasar lainnya yang menimbulkan rasa sakit hati berlebih dalam diri orangtua. Lebih dari itu, berbuat jahat apapun yang menimbulkan luka fisik, jauh lebih dilarang dalam norma hukum apalagi agama kita. Sebaliknya, kepada mereka kita katakana semulia-mulianya tutur kata.
Demikianlah, salah satu wujud kaya sejati yang dimaksud. Semoga kita bisa mengambil hikmah dari uraian tersebut. Sebaliknya, di samping usaha kita sebagai anak untuk berbuat sebaik-baiknya kepada orangtua, pun sebaliknya, kita sebagai orangtua jangan sampai berbuat durhaka kepada anak, dengan tidak memberinya hak kasih sayang, nafkah yang halalan thayyiban, serta nasihat dan suri teladan.
Khutbah 2
اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِى جَعَلَنَا وَاِيَّكُمْ عِبَادِهِ الْمُتَّقِيْنَ وَاَدَّبَنَا بِالْقُرْاَنِ الْكَرِيْمِ. اَشْهَدُ اَنْ لاَ الَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَاَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ. َاللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ اَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ : يَٰأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا ٱتَّقُوا ٱللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَٱتَّقُوا ٱللَّهَ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ , يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَلْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ . حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَمَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ
يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِجَلاَلِ وَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَسَلِّمْ وَرَضِيَ اللهُ تَعَالَى عَنْ كُلِّ صَحَابَةِ رَسُوْلِ اللهِ أَجْمَعِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ إنَّك قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ اللَّهُمَّ أَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِهِمْ وَأَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَاجْعَلْ فِي قُلُوبِهِمْ الْإِيمَانَ وَالْحِكْمَةَ وَثَبِّتْهُمْ عَلَى مِلَّةِ نَبِيِّك وَرَسُولِك . رَبَّنَآ ءَاتِنَا فِي ٱلدُّنۡيَا حَسَنَةٗ وَفِي ٱلۡأٓخِرَةِ حَسَنَةٗ وَقِنَا عَذَابَ ٱلنَّارِ
(**)
editor: kmc
Sumber: tribunnews.com
Jum’at 26.1.2024. 07:09 wib